KHOTBAH
EKSPOSITORI :
YOHANES
15: 1-8 “ POKOK ANGGUR YANG BENAR”
Oleh:
Pdt. Agus Rony Damanik, S.Th
I.
Pendahuluan
Yohanes
menggambarkan perjalanan hidup Yesus dari permulaan sampai penyaliban dan
kebangkitan. Seperti yang dilakukan oleh Injil-Injil Sinoptis, akan tetapi ada
sedikit perbedaan yang khas. Menurut Sinoptis Yesus pergi ke Yerusalem hanya
sekali, yaitu pada akhir pelayanannya, tetapi menurut Yohanes Ia pergi ke sana
dalam empat kali kesempatan (2: 13; 5:1; 7:10; 12:12).[1]
Tidak hanya itu, ada juga terlihat gaya bahasa yang tidak terdapat
ucapan-ucapan pendek dan tajam dari sosok Yesus dikenal Sinoptik dalam
ungkapan-ungkapan panjang.[2]
Jika
diperhatikan dari mukadimah sampai penutup, Tuhan Yesus disorot sebagai firman
yang menjadi manusia (logos), maupun Anak tunggal. Sorotan inilah pusat
kemuliaan dari Injil Yohanes. Bahkan ada pendapat yang mengatakan bahwa Injil
Yohanes bersifat paling teologis di antara keempat Injil, dan menyumbangkan
hal-hal penting bagi semua bidang utama dalam teologi Kristen, seperti: hakikat
dan sifat-sifat Allah; manusia yang jatuh dan di tebus; kepribadian Kristus;
gereja dan misi-misinya; dan kehidupan dalam dunia yang baru.[3]
Seperti yang
diungkapkan sebelumnya bahwa Injil Yohanes menyoroti soal pribadi Kristus, hal
ini dapat dibuktikan dengan melihat bahwa ada 23 kali Tuhan Yesus mengucapkan
perkataan yang besar sekali artinya: “Akulah” (4:26; 6:20; 35, 41, 48, 51;
8:12, 18, 24, 28, 58; 10:7, 9, 11, 14; 11:25; 13:19; 14:6; 15:1, 5; 18:5, 6,
8). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa berita yang dibawa oleh Tuhan Yesus
ialah diriNya sendiri. Ia datang bukan hanya untuk memberitakan Injil bahkan Ia
sendirilah Injil itu.
Secara khusus di dalam
Yohanes 15: 1-8 hendak mengatakan bahwa: Ia datang bukan hanya untuk menanam
pokok anggur, bahkan Ia sendiri berkata: “Akulah Pokok Anggur”. Yesus dalam hal
ini menggunakan ide-ide yang merupakan bagian dari warisan bangsa Yahudi. Di
dalam Perjanjian lama tiap kali Israel digambarkan sebagai pokok anggur dan
kebun anggur Allah.
II.
Pertanyaan Awal Yang Diajukan.
2.1. Apakah yang dimaksud dengan Pokok
Anggur?
2.2. Siapakah yang dimaksud dengan Pokok
Anggur?
2.3. Siapakah yang dimaksud dengan
ranting di dalam Pokok Anggur?
2.4. Bagaimana agar tetap berbuah?
III.
Analisa Teks Yohanes 15: 1-8
Pertama perlu diketahui
bahwa bagian ini merupakan suatu alegori. Alegori dan perumpamaan mempunyai
persamaan yaitu sama-sama mempunyai cerita dan arti. Tetapi alegori dan
perumpamaan juga mempunyai perbedaan, yaitu: Illustrasi alegori, 'Cerita' dan 'arti'
dicampuradukkan. Dan dalam, perumpamaan, 'arti' dan 'Cerita' dipisahkan
(Misalnya: Mat 13:3-9,18-23 Mat 13:24-30,36-43). Yesus menceritakan Yoh 15:1-8
sebagai suatu alegori, Ia berpindah-pindah bahasa dari 'cerita' ke 'arti', lalu
ke 'cerita' lagi, lalu ke 'arti' lagi, dan seterusnya. Jadi jelas kedua
hal yang diperbandingkan itu tidak dipisahkan tetapi dicampuradukkan.
Ayat
1:
“Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya”.
Tanggapan
Teks :
Ini adalah kata-kata
“Akulah” yang terakhir dari ketujuh kata “Akulah” dalam Injil Yohanes. Dalam
hal ini Yesus menyebut diriNya sebagai pokok anggur yang benar. Kata “benar”
dalam bahasa Yunani adalah άληθινοϛ
(alethinos) yang berarti: benar, sungguh-sungguh, asli.[4] Tentunya
hal ini mau memberitahukan tentang adanya “ketidakbenaran”, “ketidak
sunguh-sungguhan (kebohongan)”, “ketidakaslian (palsu)” tentang pokok anggur.
Dengan kata lain, pokok anggur itu sebelumnya sudah ada, tapi pokok anggur yang
tidak benar atau palsu. Hal ini mungkin menunjuk kepada apa yang pernah
dikeluhkan oleh nabi Yeremia bahwa bangsa Israel telah berubah menjadi pokok
anggur yang rusak dan liar. Tapi bukan mau mengatakan bahwa Allah tidak
bereksistensi dalam bangsa Israel, tapi ada sebuh pembaharuan (revelation)
terhadap pokok anggur yang tidak benar tadi.[5]
Berdasarkan hal di atas, maka Yesus memutuskan
tembok-tembok pemisah tentang konsep keselamatan. Jadi universalitas
keselamatan terlihat dalam ayat ini, tidak lagi pokok anggur yang lama, yang
hanya dibatasi oleh orang Yahudi tapi pokok anggur yang baru (lebih universal),
tergantung kepada iman semua orang. Kita mungkin bukan
termasuk bangsa Yahudi/Israel, tetapi sama seperti mereka, kita juga bisa
mengandalkan kebangsaan / hal-hal lahiriah. Mungkin karena kita berasal
bahasa dari bangsa/suku bangsa yang beragama Kristen, atau mungkin karena
seluruh keluarga kita sudah turun-temurun adalah Kristen. Ingat bahwa
semua itu, yang hanya merupakan hal-hal lahiriah, tidak pernah dapat
menyelamatkan kita. Hanya iman kepada Yesus sebagai Juruselamat Tuhan yang
bisa menyelamatkan. Di sinilah terlihat bagaimana kebebasan
diberikan Allah kepada semua umat manusia, kebebasan yang diberikan adalah juga
kebebasan yang bertanggungjawab, sehingga menjadi benarlah bahwa imanlah yang
menjadikan manusia selamat.
Pengusaha kebun anggur
bertanggungjawab untuk memelihara pokok-pokok anggur, dan Yesus mengatakan
bahwa pekerjaan itu adalah pekerjaan Bapa-Nya. Dialah yang membersihkan atau
memangkas ranting-ranting agar lebih banyak berbuah.
Ayat
2:
“Setiap ranting padaKu yang tidak berbuah, dibersihkanNya, supaya ia lebih
banyak berbuah”.
Tanggapan
Teks:
Pengusaha kebun anggur
memangkas ranting-ranting dengan dua cara: Ia memotong kayu-kayu mati yang
dapat membawa penyakit dan hama, dan Ia memotong jaringan yang hidup agar
kehidupan dari pokok anggur itu tidak terlalu menyebar sehingga kualitas tuaian
menjadi terancam. Bahkan pengusaha kebun anggur itu akan memotong seluruh
tandan anggur agar kualitas tuaian yang lain menjadi lebih baik.
Ayat ini juga mau
menunjukkan bahwa ada dua jenis ranting di dalam pohon anggur tersebut, yaitu:
ranting yang berbuah dan ranting yang tidak berbuah. Persamaan dari kedua
ranting ini adalah warna yang sama, memiliki daun yang sama, tetapi memiliki
perbedaan yaitu: yang satu berbuah dan yang lainnya tidak berbuah. Charles
Haddon Spurgeon mengatakan:
“Positive fruit is
the only test of our being christ. Remember that the judgment will not be about
those things which you do not do, but about positive things”. (Buah yang
positif adalah satu-satunya ujian tentang keberadaan kita dalam Kristus.
Ingatlah bahwa penghakiman nanti bukanlah tentang hal-hal yang tidak engkau
lakukan tetapi tentang hal-hal positif.[6]
Berdasarkan hal
tersebut terlihat bahwa apa yang diinginkan oleh Yesus sebenarnya bukan sekedar
prilaku yang tidak melakukan hal negatif saja seperti: tidak berbuat jahat,
tidak berzinah, tidak mencuri, tidak menipu. Semua hal negatif ini tidak cukup
karena Tuhan mengkehendaki buah yang positif, seperti menolong orang yang
menderita, bekerja dengan jujur, menghormati orang tua, dan sebagainya.[7] Oleh
karena itu untuk ranting yang tidak berbuah (yang hanya tidak melakukan hal-hal
negatif saja) akan ada proses pemotongan (pembersihan) lewat penderitaan,
penyesatan sehingga ketidakmampaun menghadapi ini akan dibuang dan di bakar
(bnd. Ayat 6). Dan kemampuan menghadapi akan mengarah kepada pembenaran
(justification) dan pengudusan (sanctification) yang kemudian akan berbuah dan
bertambah banyak. Perlu juga untuk diingat bahwa ranting-ranting tidak
menikmati buahnya; orang lainlah yang menikmati buahnya. Kita tidak
menghasilkan buah untuk menyenangkan diri kita sendiri, tetapi untuk melayani
orang lain. Kita hendaknya menjadi orang yang “menggembalakan” orang lain
dengan perkataan dan perbuatan kita.
Ayat
3:
“Kamu memang sudah bersih karena Fiman yang telah kukatakan kepadaMu”.
Tanggapan
Teks:
Sebelum ini juga
sebenarnya Yesus sudah pernah mengatakan “Kamu sudah bersih” tetapi pada saat yang
sama Ia juga mengatakan “hanya tidak semua” (Yohanes 13: 10-11). Dan dalam
Yohanes 15 ini Yudas Iskariot sudah tidak bersama-sama dengan mereka lagi, maka
Yesus mengatakan: “kamu memang sudah bersih...”[8].
Firman Allah membeda-bedakan orang yang berharga dari yang hina dan fiman itu
juga yang ikut untuk menyucikan manusia. Bahwa di Sini Yesus juga
mengatakan bahwa para murid sudah bersih karena firman, ini menunjukkan betapa
pentingnya firman untuk menjadi pegangan dalam hidup kita. Karena itu kita
harus tekun mencari dan mempelajari Firman Tuhan. Firman Allah
memiliki kuasa untuk membersihkan, jadi kita baru dapat membuktikan bahwa kita
telah dibersihkan oleh firman saat kita menghasilkan buah yang membawa kita
kepada pengudusan.
Ayat
4-5: “4Tinggallah di dalam Aku
dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya
sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak
berbuah. 5Akulah
pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barang siapa tinggal di dalam Aku
dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku, kamu tidak dapat
berbuat apa-apa”.
Tanggapan
Teks:
Dalam ayat ini kita
melihat bahwa “maksud” Yesus agar para murid (semua orang percaya) dapat
berbuah, Yesus tidak mau ada yang tertinggal. Tapi itu tidak akan terjadi
secara otomatis. Mereka hanya dapat menghasilkan buah, kalau mereka terus
menerus hidup dalam persekutuan dengan Bapa, dan dengan Anak. Ini berarti bahwa
harus ada status yang jelas dan kesetiaan dalam status tersebut. Secara khusus
juga bagian ini (soal status dan kesetiaan dalam status) memainkan peranan
penting dalam teks ini. Dengan kata lain, inilah kunci untuk bisa berbuah tadi.
Sikap ketergantungan kepada Allah adalah modal dasar untuk mendapat bantuan
dari Allah.
Tinggallah di dalam Aku
melalui iman dan Aku di dalam kamu melalui Roh Ku.[9]
Pangkal setiap ranting tinggal di dalam pokok anggur, dan sari-sari makanan
pokok anggur itu akan mengalir ke ranting-ranting tadi sehingga di antara
mereka terjalin hubungan yang tetap. Tinggal di dalam Kristus perlu dilakukan
supaya kita dapat berbuat banyak kebaikan. Orang yang teguh beriman kepada
Kristus dan terus mengasihi Dia, hidup berdasarkan janji-janjiNya dan dipimpin
oleh Roh-Nya menghasilkan banyak buah. Dengan begitu ia akan menjadi sangat
berguna bagi kemuliaan Allah.
Kita perlu tinggal di
dalam Kristus, agar bisa melakukan kebaikan. Hal ini bukan saja menjadi sarana
untuk memelihara dan meningkatkan segala hal baik yang sudah ada dalam diri
kita, tetapi juga merupakan sumber segala sesuatu yang baik. Hubungan “tinggal”
itu adalah sesuatu yang alami bagi ranting-ranting dan pokok anggur, tetapi
hubungan itu harus dipupuk di dalam kehidupan Kristen. Tinggal di dalam Kristus
menuntut penyembahan, perenungan Firman Allah, doa, pengorbanan, dan pelayanan.
Dan itu semua adalah pengalaman yang indah. Setelah mengembangkan persekutuan
yang lebih mendalam dengan Kristus, maka kita tidak lagi kembali kepada
khidupan Kristen yang dangkal dan sembrono.
Selanjutnya dikatakan
bahwa diluar Aku kamu tidak bisa berbuat apa-apa. Hal ini juga menunjukkan
betapa mutlaknya persekutuan dengan Kristus dalam hidup orang Kristen. Tidak
ada peluang di dalamnya itu untuk tawar-menawar ataupun juga untuk
mempertimbangkan. Ingin hidup, maka hiduplah di dalam Kristus; ingin dibuang
dan dibakar maka hiduplah di luar Kristus.
Ayat
6:
“Barang siapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang keluar seperti ranting dan
menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu di
bakar”.
Tanggapan
Teks:
Selain dari janji yang
sangat indah dari Kristus ketika menjadi ranting yang berbuah, tentu ada juga
peringatan tentang bagaimana matinya kerohanian seseorang ketika tidak hidup
dalam persekutuan dengan Dia (Yesus). Kata ξηραινω (xeraino) adalah bentuk pas
yang berarti menjadi (menuju, sudah terjadi) kering.[10]
Berarti “menjadi kering” bukan karena ada orang yang mengeringkan tetapi
terjadi sedemikian rupa (otomatis). Ketika itu pula maka tidak lagi
menghasilkan (produktif) dan udah pasti tidak lagi berguna. Jadi jelas bahwa
ayat ini mengajarkan ranting-ranting yang dipotong dan dibakar menggambarkan
orang-orang yang tidak pernah mengeluarkan buah, dan bahkan tidak berbuah pada
saat mereka ada di dalam Kristus.
Jadi mereka tidak
pernah menjadi orang percaya yang sungguh-sungguh; dan bagi mereka hubungan
dalam pokok anggur, sekalipun dekat hanyalah bersifat lahiriah semata-mata.
Sebaliknya, orang-orang percaya yang sungguh-sungguh digambarkan oleh
ranting-ranting yang tinggal selama-lamanya dalam pokok anggur, berbuah makin
lama makin banyak dan tidak akan pernah binasa (never perish).
Ayat
7:
“Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah
apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.”
Tanggapan
Teks:
Sepertinya kita harus
berhati-hati untuk menafsirkan ayat 7c: “mintalah apa saja yang kamu kehendaki
dan kamu akan menerimanya”.[11]
Untuk itu kita harus juga memperhatikan persyaratan yang mendahuluinya (ayat 7a
dan 7b). Pertama dalam ayat 7a yang mengatakan: “kita harus tetap tinggal di
dalam Yesus” berarti bahwa kita harus terus berusaha untuk tetap tinggal di
dalam Dia sekalipun sedang dalam penderitaan, tantangan atau situasi apapun. Memang
di sini juga terlihat bahwa ketika sudah tinggal di dalam Kristus belum jaminan
akan tetap tinggal di dalamnya selamanya, maka sangat diperlukan kesetiaan
dalam hal ini. Charles Hadden Spurgeon mengatakan:
Take
care, also, then when the purging operation has been carried out you still
cleave to your Lord. (perhatikanlah atau usahakanlah juga supaya pada waktu
operasi pemangkasan telah dilaksanakan engkau tetap melekat pada Tuhanmu).[12]
Kalau kita perhatikan
ayat 3 di atas yang mengatakan bahwa: “kamu memang sudah bersih karena fiman
yang telah kukatakan kepadamu”. Ini adalah status baru dan kemudian dalam ayat
ini kita di ajak untuk tetap mempertahankan itu. Kedua, dalam ayat 7b yang
mengatakan: “firman Tuhan harus tinggal di dalam kita”. Hal ini berarti firman
Kristus dan diriNya sendiri adalah identik. Banyak orang berbicara tentang
Kristus sebagai tuan, tetapi dalam persoalan doktrin mereka tidak perduli akan
apa yang dinyatakan oleh FirmanNya. Oleh karena itu jika Firman Kristus tidak
tinggal di dalam kita, baik dalam kepercayaan maupun praktek maka kita tidak
ada di dalam Kristus.
Banyak dari buah-buah
itu yang dapat dipalsukan oleh kedagingan, tetapi kepalsuan itu pada akhirnya
dapat diketahui, karena di dalam buah rohani yang sejati terkandung benih untuk
menghasilkan lebih banyak buah. Hasil buatan manusia, mati dan tidak dapat
bertambah banyak dengan sendirinya, tetapi buah yang dihasilkan oleh Roh akan
terus bertambah banyak dari satu kehidupan kepada kehidupan yang lain.
Kedua persyaratan di
atas adalah dasar untuk membicarakan ayat 7c yang mengatakan: “mintalah apa
saja yang kamu kehendaki dan kamu akan menerimanya”. Orang yang di dalam
Kristus memiliki kehendak yang telah diperbaharui, yang tentunya sesuai dengan
kehendak Allah. Jika seorang percaya berdoa dan ia berfikir bahwa ia
mengkehendaki hal-hal tertentu tetapi ia ingat bahwa ia hanyalah seorang bayi
di hadapan Bapanya yang maha bijaksana dan dengan demikian ia menundukkan
kehendaknya dan meminta untuk diajar harus mengkehendaki apa. Dengan demikian
kehendak kita adalah kehendak Allah.[13]
Ayat
8:
“Dalam hal inilah BapaKu dipermuliakan yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan
demikian kamu adalah murid-muridKu”.
Tanggapan
Teks:
Pada akhirnya kita
diperhadapkan kepada dua perkara yang adalah bagian dari kehidupan para murid
Yesus, yaitu: para murid akan memiliki hidup yang kaya karena terus berubah.
Kedua, itu membawa kepada kemuliaan bagi Allah. Dalam Yohanes 13: 31 dikatakan
bahwa Allah dipermuliakan dalam pekerjaan Anak, sekarang kita memiliki
kebenaran yang lain yaitu: bahwa Allah juga dipermuliakan dan pekerjaan
orang-orang percaya yang tinggal di dalam Anak. Bila orang melihat hidup para
murid maka orang akan ingat akan Allah. Hidup yang demikian mungkin adalah
hidup yang sederhana atau mungkin hidup yang hina di mata manusia. Tapi di mata
Tuhan hidup yang demikian adalah hidup yang penting; hidup yang memperoleh kepenuhanNya.
Pada umumnya kemuliaan hidup orang Kristen ialah bahwa melalui kehidupan dan
kelakuan kita, kita bisa menyatakan kemuliaan Allah.
IV.
Tema Teks
“Setia di dalam Kristus menjadikan hidup
yang berbuah untuk sesama dan menjadi kemuliaan bagi Allah”
V.
Relevansi Teks
Yesuslah
Pokok Anggur Yang Sejati
Hubungan Allah dan umatNya itu digambarkan
ibarat petani pengusaha dengan pokok anggurnya. Namun menarik menjadi renungan
pokok anggurnya bukanlah umat atau jemaat itu sendiri tetapi Yesus Kristus.
Umat Allah dilukiskan justru sebagai ranting-ranting atau carang-carang pokok
anggur itu. Kita tahu anggur adalah tanaman sehari-hari
di Israel yang dikenal luas. Pohon anggur ini termasuk tanaman menjalar,
memiliki suatu batang tunggal yang keras dengan ranting-ranting yang menjulur
dengan sulur-sulur untuk mengakaitkan dirinya. Di ranting-ranting itulah daun
dan buahnya bergelantungan. Seorang petani anggur (sama seperti petani lainnya)
dengan rajin memangkas dan membersihkan ranting-ranting pokok anggur ini.
Ranting yang tidak berbuah dipotong dan ranting yang berbuah dibersihkan agar
berbuah semakin banyak. Seperti pekerjaan petani anggur itulah digambarkan
pekerjaan Allah kepada pokok anggurNya atau Yesus Kristus dengan jemaatNya.
Ketika Yesus berkata: “Akulah pokok anggur
yang benar,” Ia mengucapkannya di hadapan para murid yang sangat mengenal apa
itu pohon anggur. Sebuah tanaman yang lazim dijumpai di sana pada masa itu. Dan
sekarang, ucapan yang saya kita dengarkan sebagai orang Indonesia yang sebagian
besar tidak akrab dengan pohon anggur. Kita lebih akrab dengan pohon kelapa
atau pohon pepaya. Ini kalimat yang mengejutkan, sebab begitu
banyak teks di dalam Kitab Suci mereka, yang kita kenal sebagai Perjanjian
Baru, mengatakan bahwa Israellah pohon anggur pilihan Allah. Ini gambaran
eksklusif untuk umat Allah. Dan sekarang, Yesus mengatakan: AKULAH POHON ANGGUR
YANG BENAR. Dengan kata lain… Israel adalah pohon anggur yang salah. Mengapa
salah? Hosea
10:1-2 misalnya mengecam Israel yang adalah pohon anggur, tapi kemudian
mendirikan mezbah-mezbah untuk dewa-dewa. Mereka tinggalkan Allah mereka. Dan
sekarang, Yesus hadir, mengatakan, “Aku pohon anggur yang benar,” tapi kita
harus baca secara utuh, “dan Bapa-Kulah pengusahanya.” Bisa juga dibaca begini:
“Akulah pohon anggur yang benar SEBAB Bapakulah Pengusahanya.” Benar, karena
punya relasi yang benar dengan Allah yang benar. Banyak
janji Tuhan di dalam PL, hal-hal yang Tuhan janjikan bicara mengenai umat Tuhan
yang seperti pasir di laut dan bintang di langit banyaknya sebagai keturunan
Abraham, tetapi di dalam sepanjang perjalanan sejarah sampai kepada jaman Tuhan
Yesus, bahkan sampai sekarang ini saudara dan saya mungkin akan bertanya,
bagaimana mungkin bangsa Israel yang menjadi keturunan Abraham mempunyai jumlah
seperti pasir di laut dan bintang di langit? Secara darah dan daging jumlah
mereka saat ini tidak banyak, bukan? Sehingga kita mungkin bertanya apakah
janji Tuhan ini bisa digenapi? Betulkah umat Tuhan akan begitu indah dan banyak
adanya? Orang Yahudi memiliki satu kesalahan pengertian melihat janji ini. Di
dalam perjalanan sejarah Tuhan memilih mereka sebagai kebun anggur Tuhan,
menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain tetapi akhirnya mereka tidak menjadi
berkat, malah menjadi eksklusif, sehingga mereka pikir mereka mendapatkan hukum
Taurat maka mereka adalah umat Tuhan dan sebagai umat Tuhan mereka menganggap
rendah bangsa lain sebagai bukan umat Tuhan
Dalam hal ini juga kita melihat bahwa Allah juga hendak
mengatakan bahwa keselamatan itu tidak hanya untuk orang Israel, atau bangsa
pilihan itu bukan hanya bangsa Isarel tapi kepada semua umat manusia yang
beriman kepada Kristus.
Menjadi Kristen Yang Berbuah
Semua ranting yang seolah-olah menjadi
ranting dari Pokok Anggur itu padahal bukan, satu kali kelak dia akan menjadi
layu, kering dan hilang selama-lamanya. Kita bandingkan Yoh.15:3 “Kamu memang
sudah bersih karena firman yang Kukatakan kepadamu…” dengan Yoh.13:10 Yesus
mengatakan “Kamu sudah bersih, hanya tidak semua…” itu merujuk kepada Yudas
Iskariot yang akan mengkhianati Yesus. Maka selanjutnya Yoh.14 Yesus bicara
khusus kepada murid-muridNya sudah tidak ada lagi Yudas di situ. Maka kalimat
Tuhan Yesus, “Ranting yang tidak bertaut denganKu dan ranting yang bertaut
kepadaKu,” tidak ada kaitannya dengan soal kita yang sudah selamat dan percaya
Tuhan someday bisa kehilangan keselamatan. Karena Yesus memberikan keyakinan
kepada kita, “Kamu semua sudah bersih oleh firman…” Engkau dibersihkan oleh
firman Tuhan, engkau yang percaya kepadaKu engkau sungguh-sungguh adalah
ranting yang benar yang ada dengan Aku. Maka kalimat “ranting yang tidak
tinggal di dalam Aku” satu kali kelak akan dibuang dan dicampakkan ke dalam api
untuk dibakar, tidak bicara soal orang yang sudah lahir baru bisa hilang
keselamatannya, tetapi itu bicara soal orang yang seperti Yudas Iskariot,
mengaku sebagai orang Kristen, mengaku sebagai orang percaya tetapi akhirnya
memang sama sekali terbukti ia tidak pernah percaya kepada Kristus.
Sekarang kita lihat bagaimana setelah
bertahun-tahun Saudara dan saya mengiring Tuhan? Apakah buah itu asam, manis
atau justru busuk buahnya? Bagaimana kualitas buah yang kita hasilkan, bisa
ditanyakan bagaimana pendapat orang-orang disekitar kita? Buah itu dilihat dari
cara seseorang berfikir, cara kita berkata-kata dan cara kita bertingkah laku,
apakah ada perubahan yang jauh lebih baik ketika kita menerima Yesus sebagai
Tuhan dan juru selamat. Atau malah sebaliknya? Kita menghasilkan buah tentu
bukan untuk diri kita sendiri melainkan untuk orang lain, tentu bukan prilaku
yang baik pasif saja yang dituntut oleh Allah (kepatuhan pada Hukum Taurat),
tapi prilaku yang baik aktif yang dituntut dalam hal ini.
Bicara
soal orang yang sudah dengar Injil, sudah mengerti Kekristenan tetapi sama sekali
tidak pernah beriman dan percaya kepada Tuhan Yesus, itulah kategori dari orang
yang murtad, hanya memiliki hal-hal yang bersifat eksternal saja
(band.Ibr.6:4-6). Orang yang belum pernah dengar Injil seperti orang yang dalam
keadaan sakit parah, tidak pernah dengar nama satu obat yang bisa menyembuhkan
sehingga waktu orang datang menawarkan obat itu kepada dia, bisa jadi orang itu
menolak obat itu. Berulang-ulang diberitahu hanya obat ini yang sanggup
menyembuhkannya, selama dia menolak di dalam ketidak-mengertiannya, tidak
berarti dia kehilangan kesempatan dan pengharapan. Suatu saat, akhirnya dia
mengerti dan menerimanya. Tetapi berbeda dengan orang yang digambarkan dalam
Ibr.6:4-6 ini, ini adalah orang yang ada di dalam Kekristenan, sudah ikut ke gereja,
sudah pernah dibaptis, sudah pernah melayani, sudah ikut perjamuan kudus,
seperti orang yang sudah tahu obat ini satu-satunya yang sanggup menyembuhkan
tetapi dengan sengaja menghina dan tidak mau menerima obat itu. Pertanyaannya,
apa lagi yang sanggup bisa menyembuhkan dia? Yudas Iskariot sudah ikut Tuhan
tiga tahun lamanya, selalu ada di dekatNya, mendengar semua perkataanNya,
melihat segala mujizatNya, tahu Dia adalah Tuhan dan Juruselamat, tetapi tidak
menerima Kristus, maka Kristus sendiri bilang di antaramu ada yang tidak
bersih. Maka yang sangat menakutkan adalah soal konsep murtad bukanlah bicara
mengenai orang yang tidak pernah dengar Injil, yang melawan Kekristenan, yang
melakukan penganiayaan kepada kita, karena suatu saat dia bisa percaya Tuhan
seperti rasul Paulus. Tetapi bagi orang yang sudah berada di dalam lingkungan
Kekristenan, maka pada waktu Yesus bicara mengenai Pokok Anggur yang benar,
sekaligus menjadi penghiburan bagi kita karena Dia sumber yang memberikan
makanan bagi kita dan kalau kita tidak bertaut kepadaNya kita tidak mendapatkan
apa-apa. Ini sekaligus menjadi satu peringatan karena Dia berkata, hanya
ranting yang berada di dalamKu ia akan hidup, berbuah dan tumbuh dengan baik.
Tetapi ranting yang tidak berada di dalam Aku satu kali kelak dia akan menjadi
kering dan dibuang orang.
Peristiwa lahir baru adalah pekerjaan Roh
Kudus yang secara misterius dan ajaib merubah kehendak manusia yang tadinya
memberontak kepada Tuhan, melahir-barukan orang yang mati rohani, sehingga memampukan
mereka bisa berespons kepada panggilan Injil sehingga mereka percaya dan
bertobat. Orang yang berdosa dengan kekuatan sendiri, dengan kemampuan sendiri
tidak mungkin bisa percaya Tuhan sebab di dalam keberdosaan, keinginan yang ada
di dalam diri orang berdosa cuma satu, yaitu memberontak dan melawan Tuhan.
Tetapi begitu Roh Kudus bekerja maka kelahiran baru terjadi, sehingga dia bisa
berespons kepada Tuhan. Pertanyaan refleksi yang penting, selidiki diri sendiri
apakah engkau sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan? Uji dirimu sendiri, apakah
Yesus Kristus ada di dalam hatimu atau tidak? Kalau ternyata tidak, kata
Paulus, satu kali kelak orang itu tidak tahan uji. Bagaimana saya tahu saya ada
di dalam Kristus dan Kristus ada di dalam aku? Hanya diri kita sendiri dan
Tuhan yang tahu. Orang lain tidak bisa tahu.
Menjadi Milik Kristus dan Diam Di Dalamnya
Kalau betul kita adalah milik Tuhan, kalau betul kita
adalah ranting yang ada di dalam Dia, pertanyaan selanjutnya adalah buah apakah
yang kita hasilkan? Kadang-kadang kalau kita lihat di dalam kehidupan
sehari-hari banyak hal kita sadari, ternyata buah-buah yang tidak terlalu bagus
atau hal-hal yang tidak terlalu baik selalu tumbuh lebih cepat daripada yang
baik, bukan? Mana yang lebih cepat tumbuh buahnya, rendah hati atau sombong?
Mana yang lebih cepat tumbuh buahnya dalam hidup kita, marah atau sabar? Mana
yang lebih cepat tumbuh, bersandar diri atau bersandar Tuhan? Kita setuju,
lebih cepat kita sombong daripada kita rendah hati, lebih cepat kita marah
daripada sabar, lebih cepat kita bersandar diri daripada bersandar kepada
Allah. Buah-buah seperti apa yang Tuhan ingin tumbuhkan dalam hidup kita?
Kadang-kadang buah yang sulit, yang susah, yang lama bertumbuh itu memerlukan
pruning(pembersihan/pemotongan) ketelatenan yang baik dari “Ahli Kebun” kita
itu supaya kita bisa menghasilkan buah-buah manis dalam hidup kita. Maka
Kristus adalah Pokok Anggur, dan barangsiapa yang tinggal di dalam Dia, Ia
menginginkan kita berbuah, bertumbuh indah dan lebat. Dia ingin menghasilkan
buah yang indah, matang dan baik di dalam hidup setiap kita. Maka walaupun
kadang-kadang kita tidak mengerti apa yang terjadi di dalam hidup kita,
walaupun mungkin di tengah kelancaran kesuksesan tiba-tiba ada satu “u-turn”
yang mengagetkan hidup kita, mari kita lihat semua aspek ini sebagai sesuatu
cara Tuhan dan sikap kita adalah taat dan rela dibentukNya. Kita hidup
bersandar dan percaya kepada Tuhan, kita mengetahui Tuhan adalah Pokok Anggur
kita yang setia dan baik adanya. Biar kita tidak menjauh dari Tuhan sebab pada
waktu kita tidak tinggal teguh dan tetap di dalam Dia, kita tidak akan
menghasilkan buah yang indah dan banyak. Atau diganti dengan semua yang disebut
sebagai buah Roh dalam Galatia 5:22-23: kasih, sukacita, damai sejahtera,
kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan
diri. Dengan kata lain: kita dipanggil bukan hanya untuk percaya dan hidup
selamat dalam Kristus, tetapi juga agar berbuah, berkarya, mempersembahkan
kasih dan kebajikan kepada Allah. Berhubung kita tidak bisa menyentuh Allah dan
kita tidak bisa secara langsung memberi kepada Allah maka kita memberikannya
kepada mereka yang membutuhkan kasih dan kebajikan itu yang ditempatkan Allah
di dekat kita. Menarik direnungkan: Allah tidak hanya menyuruh kita memberi,
tetapi juga berjanji bahwa kita juga akan menerima apa yang kita minta
kepadaNya dalam nama Kristus.
Pada
waktu kita menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan di dalam hidup, kita
belajar bersandar, beriman dan percaya Tuhan yang baik tidak berusaha memangkas
apa yang indah di dalam hidup kita, melainkan Tuhan hanya ingin memangkas apa
yang tidak perlu dalam hidup kita supaya kita lebih menghasilkan buah lebih
indah lebih banyak. Selama ini mungkin kita berbuah tetapi tidak menghasilkan
buah yang memuji dan memuliakan Tuhan. Kita lebih cepat putus asa, kita lebih
cepat kecewa, kita lebih cepat marah kepada Tuhan, ketimbang menghasilkan
kasih, kebaikan, sukacita dan damai sejahtera di dalam hidup kita. Biar Tuhan
pimpin hidup setiap kita.
Inilah gambaran persekutuan yang luar biasa, yang menunjukkan kesatuan
organis antara Kristus dan orang-orang percaya. Gambaran lain yang mirip dengan
itu kita jumpai dalam 1 Korintus 12, ketika Paulus berkata bahwa kita adalah
“tubuh Kristus” dan masing-masing adalah anggotanya. Gambaran ini berbeda dari
istilah yang sama, yaitu “tubuh Kristus” di dalam Efesus 1:22-23. Di dalam 1
Korintus 12, Kristus bukan kepala, tetapi seluruh tubuh itulah Kristus. Ada
anggota jemaat yang menjadi kepala, kaki, tangan dan sebagainya. Sedang dalam
Efesus 1, Kristus adalah Kepala, sedang orang percaya adalah tubuh-Nya. Gambaran
pohon anggur dalam Yohanes 15 dan tubuh Kristus dalam 1 Korintus 12 memiliki
satu kesamaan. Keseluruhan pohon anggur (termasuk ranting-rantingnya) dan
keseluruh tubuh (termasuk kepala, pundak, lutut, kaki) adalah Kristus. Melukai
ranting yang satu atau anggota yang satu berarti melukai seluruh tubuh Kristus.
VI. Ilustrasi
Abraham Lincoln suatu kali berdebat dengan
saingan politiknya. Si pesaing itu berusaha keras menunjukkan bahwa
argumentasinya benar. Sampai pada satu kesempatan, Lincoln berkata kepada si
pesaingnya: “Baik… berapa banyak kaki yang dimiliki oleh seekor sapi?” “Tentu
saja empat,” jawab si pesaing. Lalu Lincoln melanjutkan, “Anda benar. Namun
sekarang, seandainya Anda mengatakan ekor sapi itu sebagai kaki, berapa banyak
kaki yang sekarang dimiliki oleh sapi itu?” Dan si pesaing itu berkata, “Tentu
saja lima.” Lalu Lincoln pun berkata, “Nah, Anda keliru. Menyebut ekor sapi
sebagai kaki tidak membuatnya benar-benar menjadi kaki.”
Kebenaran tidak ditentukan dari buah yang
dihasilkan. Tidak ditentukan oleh apa kata mayoritas. Tidak ditentukan oleh
logis atau argumentasi yang mantap. Israel menyebut dirinya pohon anggur, tetapi
klaim itu tidak benar-benar membuat mereka sebuah pohon anggur yang benar.
Mengklaim diri benar tidak otomatis membuat diri benar.
VII.
Penutup
Tujuan,
puncak atau muara dari semuanya itu adalah kemuliaan Allah bukan kepentingan
diri sendiri kita. Jika kita berbuah banyak, atau maksudnya jika kita sebagai
pribadi atau gereja menghasilkan karya kasih dan kebajikan atau menampakkan
buah Roh (kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan,
kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri) maka Allah akan dimuliakan.Itu
jugalah yang dikatakan Yesus dalam Matius 5:16 “demikianlah hendaknya terangmu
nyata…. supaya orang melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu di
sorga”.
Kepustakaan
________________, Alkitab,
Jakarta: LAI, 2004.
Abineno, J. L. Ch., Yesus
Sang Mesias dan Anak Allah II, Jakarta: BPK-GM, 1986.
Barclay, William, Injil
Yohanes Pasal 8-21, Jakarta: BPK-GM, 2003.
Baxter, J. Sidlow, Menggali
Isi Alkitab 3, Jakarta: YKBK/OMF, 1999.
Brown, Raymound E., The Gospel
According To John (XIII-XXI), New York: Doubleday Co. Inc, 1984.
Drewes, Pdt. B.F. dkk., Kunci
Bahasa Yunani Perjanjian Baru: Kitab Injil Matius Hingga Kitab Para Rasul,
Jakarta: BPK-GM, 2008.
Guthrie, Donald, Teologi
Perjanjian Baru 2, Jakarta: BPK-GM, 1992.
Henry, Matthew, Injil Yohanes
12-21, Surabaya: Momentum dan Oikonomos Foundation, 2010.
Kysar, Robert, Augsburg Commentary
On The New Testament, Minneasota: Minaeapolish, 1986.
Lee, Dr. D.W., Khotbah Ekspositori
Yang Membangunkan Pendengar, Bandung: Lembaga Literatur Babtis, 2002.
Marxsen, Willi, Pengantar
Perjanjian Baru: Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-Masalahnya, Jakarta:
BPK-GM, 1999.
Milne, Bruce, Seri Pemahaman dan
Penerapan Amanat Alkitab Masa Kini: YOHANES, Jakarta: Yayasan Komunikasi
Bina Kasih, 2010.
Morris, Leon, Gospel According To
John: The New International Commentary On The New Testament, Grand Rapids
Michigan: Wm. B. Eerdmans Publishing Co, 1995.
Spurgeon, Charles Haddon, A
Treasury Of Spurgeon On The Life And Work Of Our Lord Vol 3, Grand Rapids:
Baker Book House, 1979.
Tenny, Merril C., Injil Iman
“Suatu Telaah Naskah Injil Yohanes Secara Analitis, Jakarta: Gandum Mas,
2003.
Verkuyl, J., Tafsiran Surat
Yohanes, Jakarta: BPK-GM, 1954.
Wiersbe, Warren W., Diperbaharui
Di Dalam Kristus, Jakarta: Yayasan Kalam Hidup, 2008.
[1]
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru:
Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-Masalahnya, Jakarta: BPK-GM, 1999, hlm.
310
[2]
Dalam Yohanes justru kita menemukan ungkapan-ungkapan yang panjang yang
sifatnya kebanyakan meditatif dengan ungkapan alur pemikiran yang terus
terbentang. Ibid., hlm. 311
[3]
Bruce Milne, Yohanes: Lihatlah Raja mu,
Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2011, hlm. 30-31
[4]
William Barclay, Injil Yohanes Pasal
8-21, Jakarta: BPK-GM, 2003, hlm. 272
[5]
Robert Kysar, Augsburg Commentary On The
New Testament, Minaepolish: Minnesota, 1986, hlm. 236
[6]
Charles Haddon Spurgeon, A Treasury Of
Spurgeon on The Life And Work Of Our Lord-Vol 3, Grand Rapids: Baker Book
House , 1979, hlm. 557
[7]
Bandingkan dengan apa yang disebut kan oleh Robert Kysar bahwa: καρπον
(karpos) adalah: is the life of faith and love demanded of those allied with
christ (bentuk yang hidup dari iman). Robert Kysar, Op.Cit., hlm. 236
[8] Matthew
Henry, Injil Yohanes 12-21, Surabaya:
Momentum, 2010, hlm. 1042
[9]
Ibid., hlm. 1044
[10]
Pdt. B.F. Drewes, DKK, Kunci Bahasa
Yunani Perjanjian Baru, Jakarta: BPK-GM, 2008, hlm.340
[11]
Karena di zaman post modern yang mengarah kepada sikap yang beorientasi kepada
hasil, ayat 7c ini bisa disalah artikan.
[13]
Leon Morris mengatakan: “ pada saat orang percaya tinggal di dalam Kristus dan
Firman Kristus tinggal di dalamnya maka ia hidup sedekat mungkin pada Kristus.
Maka doa-doanya merupakan doa-doa yang sesuai dengan kehendak Allah dan doa-doa
itu akan di jawab sepenuhnya. Lih. Leon Morris, The Gospel According To John ( The New International Commentary On The
New Testament, Grand Rapids Michigan: Wm. B. Eerdmans Publishing Co, 1995,
hlm. 672
Tidak ada komentar:
Posting Komentar